Monday 28 March 2016

PENGUKURAN

Pengukuran merupakan kegiatan yang cukup sederhana, tetapi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari kita. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lain sejenis yang dipergunakan sebagai satuannya. Misalnya, Anda mengukur panjang buku dengan mistar, artinya Anda membandingkan panjang buku tersebut dengan satuan-satuan panjang yang ada di mistar, yakni milimeter atau centimeter, sehingga diperoleh hasil pengukuran, yakni panjang buku adalah 350 mm atau 35 cm.
Pengukuran ada beberapa macam alat yaitu: meter , penggaris, micro meter,jangka sorong,dial indikator,viler gauge dll
                       



         Ada tiga sumber utama yang menimbulkan ketidakpastian pengukuran. Ketiga sumber tersebut diuraikan sebagai berikut ini:





             Ketidakpastian sistematikbersumber dari alat ukur yang digunakan atau
kondisi yang menyertai saat pengukuran. Jika sumber ketidakpastian adalah alat ukur, setiap kali alat ukur tersebut digunakan diperoleh hasil pengukuran yang menunjukkan ketidakpastian yang sama. Beberapa yang termasuk dalam ketidakpastian sistematik antara lain dijelaskan berikut ini.
Ketidakpastian alat
Ketidakpastian ini muncul akibat kalibrasi skala penunjukan angka pada alat ukur yang tidak tepat sehingga pembacaan skala menjadi tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Misalnya, kuat arus listrik yang melewati suatu beban sebenarnnya 1,0 A, tetapi bila diukur menggunakan suatu ampermeter tentu selalu terbaca 1,2 A. Untuk mengatasi ketidakpastian alat ukur tersebut, harus dilakukan kalibrasi setiap alat yang akan dipergunakan.
Kesalahan nol
Ketidaktepatan penunjukkan alat pada skala nol juga menimbulkan ketidakpastian sistematik. Hal ini sering terjadi, tetapi juga sering terabaikan. Umumnya, sebagian besar alat ukur sudah dilengkapi dengan skrup pengatur/pengenol. Apabila sudah diatur maksimal tetap tidak tepat pada skala nol, untuk mengatasinya harus diperhitungkan selisih kesalahan tersebut setiap kali melakukan pembacaan skala.
Waktu respon yang tidak tepat
Ketidakpastian pengukuran ini muncul akibat dari waktu pengukuran (pengambilan data) yang tidak bersamaan dengan saat munculnya data
yang seharusnya diukur. Akibatnya, data yang diperoleh bukan data yang sebenarnya. Misalnya, kita ingin mengukur periode getar suatu beban Ilmu Pengetahuan Alam 2 yang digantungkan pada pegas dengan menggunakan stopwatch. Selang waktu yang kita ukur sering tidak tepat karena terlalu cepat atau terlambat menekan tombol stopwatch saat kejadian berlangsung.
Kondisi yang tidak sesuai
Ketidakpastian pengukuran ini muncul karena kondisi alat ukur dipengaruhi oleh kejadian yang hendak diukur. Ketidakpastian tersebut dapat dilihat pada pengukura nilai transistor saat dilakukan penyolderan atau pengukuran panjang sesuatu pada suhu tinggi menggunakan mistar logam. Hasil yang didapatkan tentu bukan nilai yang sebenarnya karena panas mempengaruhi sesuatu yang diukur dan alat pengukurnya.
 Ketidakpastian Random Umumnya, ketidakpastian random bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan secara pasti atau tidak dapat diatasi secara tuntas. Gejala tersebut merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak hingga
pengaturan atau pengontrolannya di luar kemampuan kita. Misalnya, gerak acak molekul udara dan radiasi latar belakang. Molekul udara selalu bergerak secara acak (gerak Brown) sehingga berpeluang mengganggu alat ukur yang halus, misalnya mikro-galvanometer, dan melahirkan ketidakpastian pengukuran. Sementara, radiasi kosmos dari angkasa dapat mempengaruhi hasil pengukuran alat pencacah, sehingga melahirkan ketidakpastian random. Ketidakpastian Pengamatan Ketidakpastian pengamatan merupakan ketidakpastian pengukuran yangnbersumber dari kekurangterampilan manusia saat melakukan kegiatan pengukuran. Misalnya, metode pembacaan skala tidak tegak lurus (paralaks),
salah dalam membaca skala, dan pengaturan atau pengesetan alat ukur yang kurang tepat.



                                      

           Ketelitian dan Akurasi Pengukuran Seberapa besar ketelitian orang mengukur suatu besaran akan bergantung pada kepentingan mengukur itu sendiri. Misalnya untuk mengukur lebar suatu sekolah, cukup digunakan alat ukur panjang dengan skala terkecil centimeter, karena perbedaan 1 cm atau 2 cm dari hasil ukur kita tidak akan berpengaruh besar pada bangunan itu. Namun, untuk mengukur diameter skrup, alat ukur yang harus digunakan adalah jangka sorong. Artinya, pemilihan alat ukur yang digunakan dalam kegiatan pengukuran akan mempengaruhi hasil pengukuran itu sendiri. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengukuran, yaitu: ketelitian (presisi) dan ketepatan (akurasi). Ketelitian menyatakan derajat kepastian hasil suatu pengukuran, sedangkan ketepatan menggambarkan seberapa tepat hasil pengukuran mendekati nilai yang sebenarnya. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, ketelitian sangat bergantung pada alat yang digunakan dalam kegiatan pengukuran.

Umumnya, semakin kecil pembagian skala suatu alat, semakin teliti hasil pengukurannya. Mistar umumnya memiliki skala terkecil 1 mm, sedangkan jangka sorong mencapai 0,1 mm atau 0,05 mm. Dengan demikian, menggunakan jangka sorong dalam pengukuran akan memberikan hasil yang lebih teliti daripada pengukuran yang menggunakan mistar.


 






             Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari angka pasti dan angka taksiran. Aturan angka penting sebagai berikut :
1.    Semua angka bukan nol adalah angka penting.
       Contoh: 12,55 mempunyai 4 angka penting.
2.    Semua angka nol yang terletak di antara angka bukan nol adalah angka penting.
       Contoh: 4050,04 mempunyai 6 angka penting.
3.    Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol tanpa tanda decimal adalah bukan angka penting, kecuali
 
       diberi tanda khusus (garis bawah/atas).
       Contoh:     502.000 mempunyai 3 angka penting
                        502.000 mempunyai 4 angka penting
                        502.000 mempunyai 5 angka penting
4.    Angka nol di sebelah kanan tanda desimal, dan di sebelah kiri angka bukan nol adalah bukan angka
       penting.
       Contoh: 0,0034 mempunyai 2 angka penting.
5.    Semua angka di sebelah kanan tanda desimal dan mengikuti angka bukan nol adalah angka penting.
       Contoh: 12,00 mempunyai 4 angka penting

                    0,004200 mempunyai 4 angka penting.



a.    Pembulatan Angka Penting
       Pembulatan angka ini sering digunakan, aturan dalam pembulatan angka penting adalah sebagai berikut.
      1.    Angka lebih dari 5 dibulatkan ke atas dan angka kurang dari 5 dihilangkan.
             Contoh: 456,67 dibulatkan menjadi 456,7
                          456,64 dibulatkan menjadi 456,6
      2.    Apabila tepat angka 5, dibulatkan ke atas jika angka sebelumnya angka ganjil, dan dihilangkan jika              angka sebelumnya angka genap.
             Contoh: 456,65 dibulatkan menjadi 456,6
                          456,55 dibulatkan menjadi 456,6.
b.    Penjumlahan dan Pengurangan Angka Penting
      Operasi penjumlahan dan pengurangan angka penting mengikuti aturan:
              Penulisan hasil operasi penjumlahan dan pengurangan mengikuti jumlah angka taksiran yang paling sedikit dan pembulatan dilakukan sekali saja.
c.    Perkalian dan Pembagian Angka Penting
      Operasi perkalian dan pembagian mengikuti aturan sebagai berikut:
      Jumlah angka penting pada hasil akhir harus mengikuti jumlah angka penting yang paling sedikit. Untuk perkalian dan pembagian angka penting dengan angka eksak, hasil akhir mengikuti jumlah angka penting tersebut.

  



Akurasi
Seberapa dekat sebuah angka (hasil ukur) terhadap nilai sebenarnya, dengan membandingkan angka tersebut terhadap suatu hasil yang telah diketahui atau diacu
Presisi
Biasanya diperlihatkan oleh berapa banyak angka dibelakang koma yang terdapat pada hasil pengukuran atau dengan kata lain ketelitian hasil pengukuran. Dalam pengukuran fisika diperlihatkan oleh nilai ketakpastian (ralat).
Contoh 1 :
Berapa panjang sebuah tali?
Reza memperoleh hasil ukur sebesar 2,63 cm.Menggunakan penggaris yang sama, Wiwit memperoleh hasil ukur sebesar 1,98 cm.
Siapa yang lebih akurat?
Siapa yang lebih presisi?
Diketahui panjang tali sebenarnya adalah 2,65 cm.
Jika hasil sebenarnya adalah 2.65 cm, maka:
Hasil Reza dapat dikatakan cukup akurat dan sangat presisi, sementara. Hasil Wiwit sangat presisi, tetapi tidak begitu akurat. Hal ini mungkin disebabkan karena kesalahan penggunaan/pembacaan alat uku (penggaris) yang digunakan
Ilustrasi pentingnya menentukan ralat dengan tepat
Suatu benda A dan B, akan diuji untuk menentukan apakah benda tersebut terbuat dari emas 18 karat atau Alloy
Sebagai acuan diketahui:
ρ emas = 15,5 gr/cm3
ρ alloy   = 13,8 gr/cm3

A gr/cm3
B gr/cm3

15
13,9
Hasil terbalik
13,5-16,5
13,7-14,1
Kisaran nilai

Analisa
Benda A (Tidak dapat disimpulkan)
Nilai terbaik A dekat denganρ emas
Nilai terbaik A jauh dariρ alloy
ρ emas dan ρalloy masuk dalam kisaran nilai A
Benda B adalah Alloy
Nilai terbaik B dekat denganρ Alloy
Nilai terbaik B jauh dariρ emas
ρ emas diluar kisaran nilai B
ρ alloy masuk dalam kisaran nilai A
Jadi Ketakpastian memberikan hasil ukur yang lebih nyata. Ketakpastian yang sangat besar akan memberikan hasil ukur yang sia-sia.
B. Langkah-langkah Penulisan Hasil Ukur
Tentukan nilai ralatnya
Bulatkan nilai ralatnya sampai angka yang paling penting saja (satu angka penting).
Sesuaikan nilai pengamatan terbaik (x) terhadap nilai ralatnya (∆x) Satuannya sama, Ordenya sama, dan Posisi ketakpastiannya telah sesuai
X = 265,5 cm
∆x = 2,5 cm
(x± ∆x) = ( 266 ± 2 ) c
C.  Penyampaian Hasil Ukur
Penulisan (x ±∆x) memiliki makna hasil ukur bernilai antara x +∆x s.d. x−∆x
 Hasil ukur dapat dinyatakan dalam bentuk ralat mutlaknya
Contoh : ( 266 ± 2 ) cm
3. Atau hasil ukur juga dapat dinyatakan dalam bentuk ralat relatifnya (%). Ralat relatif adalah (∆x/x × 100% )

Contoh : ( 1000 ± 1% )

Perubahan Akuntansi dan Analisis Kesalahan

2.1.    Perubahan Akuntansi

Salah satu tujuan penyusunan laporan keuangan adalah memberikan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan yang akan digunakan untuk membuat perban­dingan, meramalkan dan menilai kemampuan suatu perusahaan. Untuk dapat memenuhi tujuan di atas, laporan-laporan keuangan harus dapat diperbandingkan. Perbandingan-perbandingan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu horizontal dan vertikal. Per­bandingan horizontal adalah perbandingan laporan keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain untuk periode yang sama. Sedangkan perbandingan vertikal adalah perbandingan laporan keuangan dari suatu perusahaan dengan laporan yang sama untuk periode-periode sebelumnya. Perbandingan antar perusahaan harus memenuhi prinsip comparability, sedangkan perbandingan antar periode harus memenuhi prinsip konsistensi.

Untuk menjaga agar prinsip comparability dan konsistensi ini dapat terlaksana, perubahan-perubahan yang terjadi dipisahkan menjadi dua, yaitu perubahan metode-metode akuntansi dan perubahan-perubahan yang terjadi karena koreksi kesalahan-kesalahan dalam periode-periode yang lalu. Perubahan dalam metode akuntansi dipisah­kan menjadi tiga:

Koreksi kesalahan tahun-tahun lalu dapat terjadi karena berbagai macam sebab, seperti kesalahan-kesalahan perhitungan, kesalahan-kesalahan penggunaan rekening, kesalahan-kesalahan dalam penerapan prinsip akuntansi dan Iain-lain.Tidak ada pedoman khusus untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan ini, karena koreksinya sangat tergantung pada jenis kesalahannya.



I.                   Perubahan Dalam Prinsip Akuntansi
Perubahan prinsip akuntansi adalah penggunaan suatu prinsip akuntansi yang lazim yang berbeda dengan prinsip akuntansi yang lazim yang digunakan dalam periode sebelumnya.Istilah prinsip akuntansi di sini mencakup juga metode-metode yang digunakan.Perubahan dalam prinsip akuntansi ini dapat terjadi ka­rena perusahaan mempunyai beberapa alternatif metode untuk penerapan suatu prinsip.
Istilah perubahan dalam prinsip akuntansi ini tidak termasuk:           
a.       Pemakaian pertama suatu prinsip akuntansi untuk mencatat transaksi yang baru pertama kali terjadi dalam perusahaan.
b.      Penggunaan atau perubahan suatu prinsip akuntansi yang perlu dilakukan karena adanya perubahan sifat transaksi.
c.       Perubahan dari prinsip akumulasi yang tidak lazim ke prinsip yang lazim.

Beberapa contoh dari perubahan prinsip akuntansi adalah sebagai berikut :
a.         Perubahan dalam metode pembebanan harga pokok persediaan, seperti dari LIFO ke FIFO atau ke rata-rata tertimbang.
b.        Perubahan dalam metode depresiasi aktiva tetap, seperti dari double declining balance method ke straight line method.
c.         Perubahan dalam metode akuntansi untuk kontrak jangka panjang, seperti dari metode kontrak selesai ke metode persentase penyelesaian.
d.        Perubahan dalam perhitungan biaya produksi, seperti dari full costing ke direct costing.

Perubahan prinsip akuntansi yang mempunyai akibat kumulatif. Akibat kumulatif dari perubahan prinsip akuntansi diperlakukan sebagai berikut:
a.       Jumlah akibat kumulatif dari perubahan prinsip dilaporkan dalam laporan laba rugi di antara elemen-elemen luar biasa dan laba bersih. Pelaporan- nya dengan jumlah sesudah dikurangi pajak penghasilan.
b.      Laporan keuangan periode-periode sebelumnya tidak perlu dikoreksi.
c.       Laba sebelum elemen luar biasa dan laba bersih periode-periode sebelumnya ditunjukkan dalam laporan laba rugi tahun sekarang (di bagian bawah halaman pertama) dengan jumlah yang sudah dikoreksi.
Perubahan prinsip akuntansi yang mempunyai akibat retroaktif, dimana laporan keuangan periode-periode sebelumnya yang dilaporkan disusun kembali sesuai dengan prinsip yang baru.Kalau masih terdapat sisa akibat kumulatif sesudah laporan keuangan periode-periode sebelumnya yang dilaporkan, direvisi maka sisa tersebut dikoreksikan ke saldo awal rekening laba tidak dibagi dari periode terawal yang dikoreksi. Perubahan prinsip akuntansi yang memerlukan retroaktif adjustment adalah:
a.       Perubahan metode penentuan harga pokok persediaan dari LIFO ke metode yang lain.
b.      Perubahan dalam metode akuntansi untuk kontrak jangka panjang, dan
c.       Perubahan dari atau ke full cost method yang digunakan dalam industri extractive.

II.                Perubahan Taksiran-Taksiran Akuntansi
Banyak alokasi atau pembebanan biaya didasarkan pada taksiran-taksiran di mana taksiran ini dibuat dengan suatu kebijaksanaan, misalnya pembebanan kerugian piutang, taksiran umur dalam perhitungan depresiasi, taksiran jumlah garansi yang akan dibayar dan Iain-lain. Pada periode-periode berikutnya mungkin dapat diketahui bahwa taksiran-taksiran yang sudah dibuat adalah tidak benar sehingga perlu direvisi. Dalam hal tak­siran sudah dibuat dengan sebaik-baiknya tetapi ternyata tidak tepat, maka perubahan-perubahan yang dibuat sebaiknya dibebankan pada periode berjalan dan periode-periode yang akan datang. Periode-periode yang lalu sudah tidak perlu diubah karena perubahan taksiran ini baru diketahui pada periode berjalan. Seperti pada contoh mesin harga perolehannya Rpl.000.000,- umurnya ditaksir 8 tahun. Sesudah dipakai selama 5 tahun diketahui bahwa seharusnya mesin tadi umurnya 10 tahun. Depresiasi yang sudah dibebankan selama 5 tahun berjumlah 5 x Rpl25.000,- = Rp625.000,-. Nilai buku mesin pada awal tahun keenam sebesar Rp375.000,-. Karena taksiran umurnya berubah menjadi 10 tahun maka nilai buku sebesar Rp375.000,- akan dibebankan dalam waktu lima tahun, yaitu tahun keenam sampai dengan tahun kesepuluh. Beban depresiasi tiap tahun selama sisa umur mesin sebesar Rp375.000,- : 5 = Rp75.000,-.
Perubahan dalam taksiran akuntansi yang timbul sebagian atau seluruhnya dari perubahan prinsip akuntansi harus dilaporkan sebagai perubahan taksiran akuntansi.Dalam perubahan metode depresiasi, akibatnya dapat dipisahkan dari perubahan taksir-an-taksiran akuntansi seperti umur, residu dan Iain-lain.Oleh karena itu perubahan metode depresiasi harus diperlakukan sebagai perubahan prinsip akuntansi dan peru­bahan taksiran umur, nilai residu dan Iain-lain diperlakukan sebagai perubahan taksiran akuntansi.

Laporan keuangan bisa berubah karena adanya perubahan kesatuan usaha.Peru­bahan kesatuan usaha ini terjadi dalam hal disusunnya laporan keuangan konsolidasi sebagai ganti laporan keuangan masing-masing perusahaan, perubahan-perubahan dalam anak perusahaan yang laporan-laporannya dikonsolidasikan, atau terjadinya penggabungan-penggabungan baru.Apabila terjadi perubahan kesatuan usaha maka laporan keuangan tahun berjalan harus menjelaskan sifat-sifat dan sebab-sebab peru­bahan itu.Di samping itu akibat-akibat perubahan terhadap laba rugi juga harus dicantumkan dalam laporan laba rugi sebelum elemen-elemen luar biasa, begitu pula laba bersih dan jumlah pendapatan per lembar saham.Laporan keuangan tahun berikutnya tidak perlu lagi mencantumkan penjelasan seperti laporan tahun berjalan.Agar laporan keuangan tahun berjalan dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, laporan keuangan tahun sebelumnya harus disusun dengan anggapan jika seandainya sudah terjadi perubahan kesatuan usaha.

III.             Perubahan Dalam Kesatuan Usaha
Yang dimaksud dengan konsep kesatuan usaha ialah bahwa sebuah perusahaan yang harus dipandang sebagai suatu kesatuan usaha yang terpisah dari pemiliknya dan juga dari perusahaan-perusahaan lainnya.


Konsep kesatuan usaha menyatakan bahwa setiap kesatuan usaha harus membuat akuntansi perusahaan yang terpisah.  Hanya aktiva, hutang, dan ekuitas pemilik yang secara khusus berhubungan dengan suatu usaha tertentu yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan tersebut.  Walaupun demikian, haruslah dicatat bahwa dalam beberapa keadaan investor atau pemilik perusahaan secara hukum bertanggungjawab atas hutang atau kerugian.  Kewajiban ini tergantung dari bentuk hukum perusahaannya.  Pada saat ketika seorang individu mempunyai lebih dari satu jenis bisnis yang tidak berhubungan, setiap bisnis harus diperlakukan sebagai suatu kesatuan yang terpisah.

Konsep kesatuan usaha telah menetapkan harus dipandang terpisah dari perusahaan-perusahaan lain. Seseorang yang memiliki dua buah perusahaan misalnya sebuah apotik dan sebuah bengkel mobil hendaknya mengadakan catatan-catatan akuntansi tersendiri untuk Perusahaan itu. 

 

2.2.    Perubahan Kebijakan Akuntansi

Menurut definisi, perubahan kebijakan akuntansi melibatkan perubahan dari satu kebijakan akuntansi yang berlaku untuk yang lain. Musuh contoh sebuah perusahaan mungkin mengubah dasar harga persediaan dari biaya rata-rata untuk FIFO. atau, mungkin merubah metode pengakuan pendapatan untuk kontrak konstruksi jangka panjang dari biaya-recovery dengan metode persentase-of-selesai.

Perusahaan harus hati-hati memeriksa setiap keadaan untuk memastikan bahwa perubahan kebijakan telah benar-benar terjadi. Adopsi kebijakan baru sebagai pengakuan atas peristiwa yang telah terjadi untuk pertama kalinya pada itu atau yang sebelumnya imaterial bukan perubahan kebijakan akuntansi. Sebagai contoh, perubahan kebijakan akuntansi belum terjadi ketika sebuah perusahaan mengadopsi metode persediaan (misalnya, FIFO) untuk barang-barang yang baru diperoleh dari persediaan, bahkan jika FIFO berbeda dari yang digunakan untuk persediaan direkam sebelumnya. contoh lain adalah pengeluaran pemasaran tertentu yang mana sebelumnya tidak material dan dibebankan pada periode terjadinya. Ini tidak akan dianggap sebagai perubahan kebijakan akuntansi jika mereka menjadi material dan sebagainya saya bisa diterima ditangguhkan dan diamortisasi

Akhirnya, bagaimana jika sebuah perusahaan sebelumnya mengikuti kebijakan akuntansi yang tidak dapat diterima? Atau, bagaimana jika perusahaan menerapkan kebijakan salah? Dalam kasus seperti ini jenis perubahan merupakan koreksi dari kesalahan. Misalnya, beralih dari uang tunai (pajak penghasilan) dasar akuntansi ke basis akrual merupakan koreksi dari kesalahan. Atau, jika sebuah perusahaan dikurangi nilai sisa ketika menghitung ganda menurun penyusutan aktiva tetap dan penyusutan kemudian menghitung ulang tanpa dikurangi estimasi nilai sisa telah dikoreksi kesalahan.

Ada tiga pendekatan yang mungkin untuk melaporkan perubahan kebijakan akuntansi:
I.          Laporan perubahan saat ini. Dalam pendekatan ini, perusahaan melaporkan efek kumulatif dari perubahan dalam laporan laba rugi tahun berjalan. efek kumulatif adalah perbedaan pendapatan tahun sebelumnya antara kebijakan akuntansi baru diadopsi dan sebelumnya. Dalam pendekatan ini, efek dari perubahan pada tahun sebelumnya pendapatan hanya muncul dalam laporan laba rugi-tahun. Perusahaan tidak mengubah laporan keuangan tahun sebelumnya. Para pendukung posisi ini berpendapat bahwa perubahan tahun sebelumnya hasil laporan keuangan pada hilangnya kepercayaan dalam laporan keuangan. Bagaimana investor bereaksi ketika diberitahu bahwa laba yang dihitung tiga tahun lalu, sekarang sama sekali berbeda? Mengubah periode sebelumnya, jika diizinkan, mungkin juga marah perjanjian kontraktual berdasarkan tokoh-tokoh lama. Untuk contoh, pengaturan pembagian keuntungan dihitung berdasarkan lama mungkin harus menghitung ulang dan benar-benar distribusi baru dibuat, menciptakan masalah hukum banyak. Banyak kesulitan praktis juga ada: biaya perubahan laporan keuangan periode sebelumnya mungkin berlebihan, atau menentukan jumlah efek periode sebelumnya mungkin mustahil berdasarkan data yang tersedia.



II.       Laporan perubahan secara retrospektif. Penerapan secara retrospektif dari kebijakan akuntansi yang berbeda untuk menyusun kembali laporan keuangan yang telah diterbitkan sebelumnya seolah-olah kebijakan baru selalu digunakan. dengan kata lain, perusahaan "kembali" dan menyesuaikan tahun sebelum pernyataan secara konsisten dengan kebijakan baru diadopsi. perusahaan menunjukkan efek kumulatif perubahan sebagai penyesuaian saldo awal laba ditahan tahun penyajian. Para pendukung posisi ini berpendapat bahwa aplikasi retrospektif memastikan komparabilitas. Pikirkan sejenak apa yang terjadi jika pendekatan ini tidak digunakan: tahun-tahun sebelumnya dengan perubahan akan di metode lama: tahun-tahun perubahan akan melaporkan seluruh penyesuaian kumulatif: dan tahun-tahun berikutnya akan menyajikan laporan keuangan atas dasar baru tanpa efek kumulatif perubahan. seperti kurangnya konsistensi gagal untuk menyediakan data yang bermakna produktif-tren dan hubungan keuangan lainnya yang diperlukan untuk mengevaluasi bisnis.

III.    Perubahan Laporan prospektif (di masa depan). Dalam pendekatan ini, sebelumnya melaporkan hasil tetap. Akibatnya, perusahaan tidak menyesuaikan membuka saldo untuk mencerminkan perubahan dalam kebijakan. Para pendukung posisi ini berpendapat bahwa manajemen sekali menyajikan laporan keuangan berdasarkan kebijakan akuntansi diterima, mereka adalah final: manajemen tidak dapat mengubah periode sebelumnya dengan mengadopsi kebijakan baru. Menurut alur penalaran ini, penyesuaian kumulatif saat periode tidak tepat karena pendekatan yang mencakup jumlah yang memiliki sedikit atau tidak ada hubungan pada tahun pendapatan saat atau peristiwa ekonomi

 2.3.   Pendekatan Perubahan Akuntansi Retrospektif

Ada anggapan bahwa sekali perusahaan mengadopsi kebijakan akuntansi, seharusnya tidak berubah. bahwa anggapan dimengerti, mengingat gagasan bahwa penggunaan konsisten dari kebijakan akuntansi yang meningkatkan kegunaan laporan keuangan. Namun, lingkungan terus-menerus berubah, dan perusahaan berubah sebagai respons. standar terakhir, seperti biaya pinjaman dan segmen operasi, dan standar yang diusulkan pada pengakuan dan keuangan instrumen pendapatan menunjukkan bahwa perubahan kebijakan akuntansi akan terus ada. sebagai akibatnya, IASB memungkinkan perusahaan untuk mengubah kebijakan akuntansi jika:
a.       Diperlukan oleh IFRS (misalnya, IFRS baru pada instrumen keuangan akan tunduk pada perubahan Akuntansi tepat dalam kebijakan akuntansi) atau
b.      Itu menghasilkan laporan keuangan yang menyediakan informasi yang dapat diandalkan dan relevan mengenai posisi keuangan perusahaan, performence keuangan, dan arus kas. Misalnya, sebuah perusahaan dapat menentukan bahwa perubahan dari metode biaya rata-rata penilaian persediaan dengan metode FIFO memberikan informasi yang dapat diandalkan dan relevan pada saat ini nilai persediaan.

Ketika sebuah perusahaan mengubah kebijakan akuntansi, harus melaporkan perubahan menggunakan aplikasi Dari kasus ini. Secara umum, di sini adalah apa yang harus dilakukan:
a.       Itu menyesuaikan laporan keuangan untuk setiap periode lalu yang disajikan. Dengan demikian, informasi laporan keuangan tentang periode sebelumnya adalah atas dasar yang sama sebagai kebijakan akuntansi baru.
b.       Ini menyesuaikan nilai tercatat aset dan kewajiban pada awal tahun pertama disajikan. Dengan demikian, account tersebut mencerminkan efek kumulatif pada periode sebelum yang disajikan dari perubahan kebijakan akuntansi baru. Perusahaan ini juga membuat penyesuaian offsetting pada saldo awal saldo laba atau komponen lain yang tepat ekuitas atau aktiva bersih pada awal tahun pertama disajikan.

Sebagai contoh, asumsikan bahwa Carrefour (FRA) memutuskan untuk mengubah metode penilaian persediaan tahun 2011 dari metode persediaan eceran (FIFO) untuk persediaan eceran (biaya rata). Ini menyediakan informasi komparatif untuk tahun 2009 dan 2010 berdasarkan metode baru. Carrefour akan menyesuaikan aset, kewajiban, dan laba ditahan untuk periode sebelum 2009 dan melaporkan jumlah tersebut dalam laporan keuangan tahun 2009, ketika menyusun laporan keuangan komparatif.

 2.4.               Perubahan Estimasi Akuntansi

Untuk menyusun laporan keuangan, perusahaan harus memperkirakan efek dari kondisi masa depan dan peristiwa. Misalnya, item berikut memerlukan estimasi.
·         Kredit macet
·         Persediaan using
·         Umur manfaat dan nilai sisa asset
·         Periode diuntungkan oleh biaya ditangguhkan
·          Kewajiban untuk biaya garansi dan pajak penghasilan
·         Cadangan mineral Dipulihkan
·         Perubahan metode penyusutan
·         Nilai wajar aset keuangan atau kewajiban keuangan

Sebuah perusahaan tidak dapat memahami kondisi masa depan dan peristiwa dan efek mereka dengan pasti. Oleh karena itu, memperkirakan membutuhkan latihan penghakiman. Estimasi akuntansi akan berubah karena peristiwa baru terjadi, sebagai perusahaan memperoleh lebih banyak pengalaman, atau karena memperoleh informasi tambahan.

2.5.    Analisis Kesalahan

Kesalahan diperlakukan sebagai penyesuaian periode sebelumnya, kesalahan diperlakukan sebagai penyesuaian periode sebelumnya dan dilaporkan dalam tahun berjalan sebagai penyesuaian saldo awal Laba Ditahan. Jika laporan komparatif disajikan, maka laporan periode sebelumnya yang terpengaruh haruslah dinyatakan kembali untuk mengkoreksi kesalahan.
Ada tiga jenis kesalahan         :
I.              Kesalahan Dalam Neraca
Hanya akan mempengaruhi penyajian akun aktiva, kewajiba atau ekuitas pemegang saham. Contoh :
·         klasifikasi piutang jangka pendek sebagai bagian dari investasi
·         klasifikasi wesel bayar sebagai hutamg usaha
·         klasifikasi aktiva pabrik sebagai persediaan.
Jika ditemukan kesalahan, maka akan dilakukan reklasifikasi atas pos-pos tersebut ke posisi yang benar.
II.           Kesalahan Dalam Laporan Laba-Rugi
Hanya akan mempengaruhi penyajian akun-akun nominal dalam laporan laba-rugi. Contoh      :
·         mencatat pendapatan bunga sebagai bagian dari penjualan
·          mencatat pembelian sebagai beban piutang ragu-ragu
·         beban penyusutan sebagai beban bunga
Tidak berpengaruh terhadap neraca dan laba bersih. Ayat jurnal reklasifikasi diperlukan jika kesalahan ditemukan pada tahun laporan itu dibuat.

III.        Pengaruh Neraca dan Laporan Laba-Rugi
Mempengaruhi penyajian neraca maupun laba-rugi. Diklasifikasikan menjadi 2, yaitu     :
1.      Kesalahan yang saling menyeimbangkan
Apakah dalam kondisi pembukuan sudah ditutup atau belum..?
·         Jika pembukuan sudah ditutup :
a.       Jika kesalahan telah saling diseimbangkan, maka tidak ada ayat jurnal yang diperlukan.
b.      Jika kesalahan belum saling diseimbangkan, maka diperlukan ayat jurnal untuk menyesuaikan penyajian saldo laba ditahan.
·         Jika pembukuan belum ditutup :
a.       Jika kesalahan sudah saling diseimbangkan dan perusahaan telah memasuki tahun kedua, maka ayat jurnal akan diperlukan untuk mengkoreksi periode berjalan dan menyesuaikan saldo awal Laba Ditahan.
b.      Jika kesalahan belum saling diseimbangkan, maka ayat jurnal akan diperlukan untuk menyesuaikan saldo awal Laba Ditahan dan mengkoreksi saldo periode berjalan.

  


2.      Berikut ini kesalahan-kesalahan dalam pelaporan keuangan  :
a)      Kelalaian untuk mencatat upah Akrual
Pada tanggal 31 Desember 2006, Hurley Enterprises tidak mengakrualkan upah sebesar $ 1.500. Ayat jurnal pada tahun 2007 untuk mengkoreksi kesalahan ini, dengan mengasumsikan bahwa pembukuan untuk tahun 2007 belum ditutup, adalah      :

Dr.            Laba Ditahan                          $ 1.500
                                                   Cr.         Beban Upah                                               $ 1.500

Jika pembukuan telah ditutup untuk tahun 2007, maka tidak ada ayat jurnal yang dibuat karena kesalahannya telah saling diseimbangkan.

b)      Kelalaian untuk Mencatat Beban Dibayar Dimuka
Pada Bulan Januari 2006 Hurley Enterprises membeli polis asuransi berjangka waktu 2 tahun dengan biaya $ 1.000. Beban asuransi telah didebet dan Kas telah dikredit. Tidak ada ayat jurnal penyesuaian yang dibuat pada akhir tahun 2006.

Ayat jurnal pada tanggal 31 Desember 2007 untuk mengkoreksi kesalahan ini, dengan mengasumsikan bahwa pembukuan belum ditutup untuk tahun 2007, adalah     :

                                  Dr.            Beban Asuransi                       $ 500
                                                    Cr.            Laba Ditahan                                      $ 500

Jika pembukuan telah ditutup untuk tahun 2007, maka tidak ada ayat jurnal yang dibuat karena kesalahannya telah saling diseimbangkan.

c)      Pembelian yang Dinyatakan Terlalu Tinggi
Hurley Enterprises mencatat pembelian barang dagangan sebesar $ 9.000 untuk tahun 2006 yang merupakan bagian dari tahun 2007. Persediaan fisik tahun 2006 telah dinyatakan dengan benar. Perusahaan ini menggunakan metode periodical. Ayat jurnal per 31 Desember 2007, untuk mengkoreksi kesalahan ini dengan mengasumsikan bahwa pembukuan belum ditutup untuk tahun 2007 adalah     :

                                 Dr.            Pembelian                                $ 9.000
                                                  Cr.            Laba Ditahan                                      $ 9.000

3.      Kesalahan yang tidak saling menyeimbangkan
Karena suatu kesalahan tidak saling menyeimbangkan setelah lebih dari periode 2 tahun, maka ayat jurnal untuk kesalahan yang tidak saling menyeimbangkan ini akan menjadi lebih kompleks dan ayat jurnal koreksi akan diperlukan, meskipun pembukuan telah ditutup.

a)       Kelalaian untuk mencatat Penyusutan
Asumsikan bahwa pada tanggal 1 Januari 2001, Hurley Enterprises membeli mesin seharga $10.000 yang memiliki estimasi umur manfaat selama 5 tahun. Akuntan secara tidak benar membebankan mesin ini pada tahun 2001. Kesalahan ini baru ditemukan pada tahun 2002. Jika kita mengasumsikan bahwa perusahaan ini menggunakan penyusutan garis lurus atas aktiva ini, maka ayat jurnal per 31 Desember 2002, untuk mengoreksi kesalahan ini, apabila pembukuan belum ditutup, adalah :

                                 Dr.            Mesin                                      $ 10.000
                                 Dr.            Beban Penyusutan                  $   2.000
                                                  Cr.            Laba Ditahan                                      $ 8.000
                                                  Cr.            Akumulasi Penyusutan                       $ 4.000


Jika pembukuan telah ditutup untuk tahun 2002, maka ayat jurnalnya adalah :
                                 Dr.            Mesin                                      $ 10.000
                                                    Cr.            Laba Ditahan                                      $ 6.000
                                                    Cr.            Akumulasi Penyusutan                       $ 4.000