Pengukuran merupakan kegiatan yang cukup sederhana, tetapi sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari kita. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu
besaran dengan besaran lain sejenis yang dipergunakan sebagai satuannya.
Misalnya, Anda mengukur panjang buku dengan mistar, artinya Anda membandingkan
panjang buku tersebut dengan satuan-satuan panjang yang ada di mistar, yakni
milimeter atau centimeter, sehingga diperoleh hasil pengukuran, yakni panjang
buku adalah 350 mm atau 35 cm.
Pengukuran ada
beberapa macam alat yaitu: meter ,
penggaris, micro meter,jangka sorong,dial
indikator,viler gauge dll
Ada tiga sumber utama yang menimbulkan
ketidakpastian pengukuran. Ketiga sumber tersebut diuraikan sebagai berikut
ini:
Ketidakpastian sistematikbersumber dari alat ukur yang digunakan atau
kondisi yang menyertai saat pengukuran. Jika sumber ketidakpastian adalah alat
ukur, setiap kali alat ukur tersebut digunakan diperoleh hasil pengukuran yang
menunjukkan ketidakpastian yang sama. Beberapa yang termasuk dalam
ketidakpastian sistematik antara lain dijelaskan berikut ini.
• Ketidakpastian
alat
Ketidakpastian ini muncul akibat kalibrasi skala penunjukan angka pada alat
ukur yang tidak tepat sehingga pembacaan skala menjadi tidak sesuai dengan yang
sebenarnya. Misalnya, kuat arus listrik yang melewati suatu beban sebenarnnya
1,0 A, tetapi bila diukur menggunakan suatu ampermeter tentu selalu terbaca 1,2
A. Untuk mengatasi ketidakpastian alat ukur tersebut, harus dilakukan kalibrasi
setiap alat yang akan dipergunakan.
• Kesalahan
nol
Ketidaktepatan penunjukkan alat pada skala nol juga menimbulkan ketidakpastian
sistematik. Hal ini sering terjadi, tetapi juga sering terabaikan. Umumnya, sebagian
besar alat ukur sudah dilengkapi dengan skrup pengatur/pengenol. Apabila sudah
diatur maksimal tetap tidak tepat pada skala nol, untuk mengatasinya harus
diperhitungkan selisih kesalahan tersebut setiap kali melakukan pembacaan
skala.
• Waktu
respon yang tidak tepat
Ketidakpastian pengukuran ini muncul akibat dari waktu pengukuran (pengambilan
data) yang tidak bersamaan dengan saat munculnya data
yang seharusnya diukur. Akibatnya, data yang diperoleh bukan data yang sebenarnya.
Misalnya, kita ingin mengukur periode getar suatu beban Ilmu Pengetahuan Alam 2
yang digantungkan pada pegas dengan menggunakan stopwatch. Selang waktu yang
kita ukur sering tidak tepat karena terlalu cepat atau terlambat menekan tombol
stopwatch saat kejadian berlangsung.
• Kondisi
yang tidak sesuai
Ketidakpastian pengukuran ini muncul karena kondisi alat ukur dipengaruhi oleh
kejadian yang hendak diukur. Ketidakpastian tersebut dapat dilihat pada
pengukura nilai transistor saat dilakukan penyolderan atau pengukuran panjang
sesuatu pada suhu tinggi menggunakan mistar logam. Hasil yang didapatkan tentu
bukan nilai yang sebenarnya karena panas mempengaruhi sesuatu yang diukur dan alat
pengukurnya.
Ketidakpastian Random Umumnya,
ketidakpastian random bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan
secara pasti atau tidak dapat diatasi secara tuntas. Gejala tersebut merupakan
perubahan yang sangat cepat dan acak hingga
pengaturan atau pengontrolannya di luar kemampuan kita. Misalnya, gerak acak
molekul udara dan radiasi latar belakang. Molekul udara selalu bergerak secara
acak (gerak Brown) sehingga berpeluang mengganggu alat ukur yang halus,
misalnya mikro-galvanometer, dan melahirkan ketidakpastian pengukuran.
Sementara, radiasi kosmos dari angkasa dapat mempengaruhi hasil pengukuran alat
pencacah, sehingga melahirkan ketidakpastian random. Ketidakpastian Pengamatan Ketidakpastian
pengamatan merupakan ketidakpastian pengukuran yangnbersumber dari
kekurangterampilan manusia saat melakukan kegiatan pengukuran. Misalnya, metode
pembacaan skala tidak tegak lurus (paralaks),
salah dalam membaca skala, dan pengaturan atau pengesetan alat ukur yang kurang
tepat.
Ketelitian dan Akurasi
Pengukuran Seberapa besar ketelitian orang mengukur suatu besaran akan
bergantung pada kepentingan mengukur itu sendiri. Misalnya untuk mengukur lebar
suatu sekolah, cukup digunakan alat ukur panjang dengan skala terkecil
centimeter, karena perbedaan 1 cm atau 2 cm dari hasil ukur kita tidak akan
berpengaruh besar pada bangunan itu. Namun, untuk mengukur diameter skrup, alat
ukur yang harus digunakan adalah jangka sorong. Artinya, pemilihan alat ukur
yang digunakan dalam kegiatan pengukuran akan mempengaruhi hasil pengukuran itu
sendiri. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengukuran, yaitu: ketelitian
(presisi) dan ketepatan (akurasi). Ketelitian menyatakan derajat kepastian
hasil suatu pengukuran, sedangkan ketepatan menggambarkan seberapa tepat hasil
pengukuran mendekati nilai yang sebenarnya. Seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya, ketelitian sangat bergantung pada alat yang digunakan dalam kegiatan
pengukuran.
Umumnya, semakin kecil pembagian skala suatu alat, semakin teliti hasil
pengukurannya. Mistar umumnya memiliki skala terkecil 1 mm, sedangkan jangka
sorong mencapai 0,1 mm atau 0,05 mm. Dengan demikian, menggunakan jangka sorong
dalam pengukuran akan memberikan hasil yang lebih teliti daripada pengukuran
yang menggunakan mistar.
Angka penting adalah semua angka
yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari angka pasti dan angka
taksiran. Aturan angka penting sebagai berikut :
1. Semua angka bukan nol adalah
angka penting.
Contoh: 12,55 mempunyai 4 angka penting.
2. Semua angka nol yang terletak
di antara angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 4050,04 mempunyai 6 angka penting.
3. Angka nol di sebelah kanan
angka bukan nol tanpa tanda decimal adalah bukan angka penting, kecuali
diberi tanda khusus (garis
bawah/atas).
Contoh:
502.000 mempunyai 3 angka penting
502.000
mempunyai 4 angka penting
502.000
mempunyai 5 angka penting
4. Angka nol di sebelah kanan
tanda desimal, dan di sebelah kiri angka bukan nol adalah bukan angka
penting.
Contoh: 0,0034 mempunyai 2 angka penting.
5. Semua angka di sebelah kanan
tanda desimal dan mengikuti angka bukan nol adalah angka penting.
Contoh: 12,00 mempunyai 4 angka penting
0,004200 mempunyai 4 angka penting.
a. Pembulatan Angka Penting
Pembulatan angka ini sering
digunakan, aturan dalam pembulatan angka penting adalah sebagai berikut.
1. Angka lebih dari 5 dibulatkan ke atas dan
angka kurang dari 5 dihilangkan.
Contoh: 456,67 dibulatkan menjadi 456,7
456,64
dibulatkan menjadi 456,6
2. Apabila tepat angka 5, dibulatkan ke atas
jika angka sebelumnya angka ganjil, dan dihilangkan jika angka sebelumnya angka genap.
Contoh: 456,65 dibulatkan menjadi 456,6
456,55
dibulatkan menjadi 456,6.
b. Penjumlahan dan Pengurangan
Angka Penting
Operasi penjumlahan dan
pengurangan angka penting mengikuti aturan:
Penulisan hasil operasi penjumlahan dan
pengurangan mengikuti jumlah angka taksiran yang paling sedikit dan pembulatan
dilakukan sekali saja.
c. Perkalian dan Pembagian Angka
Penting
Operasi perkalian dan pembagian
mengikuti aturan sebagai berikut:
Jumlah angka penting pada hasil
akhir harus mengikuti jumlah angka penting yang paling sedikit. Untuk perkalian
dan pembagian angka penting dengan angka eksak, hasil akhir mengikuti jumlah
angka penting tersebut.
Akurasi
Seberapa dekat sebuah angka (hasil ukur) terhadap nilai sebenarnya, dengan
membandingkan angka tersebut terhadap suatu hasil yang telah diketahui atau
diacu
Presisi
Biasanya diperlihatkan oleh berapa banyak angka dibelakang koma yang
terdapat pada hasil pengukuran atau dengan kata lain ketelitian hasil
pengukuran. Dalam pengukuran fisika diperlihatkan oleh nilai ketakpastian (ralat).
Contoh 1 :
Berapa panjang sebuah tali?
Reza memperoleh hasil ukur sebesar 2,63 cm.Menggunakan penggaris yang sama,
Wiwit memperoleh hasil ukur sebesar 1,98 cm.
Siapa yang lebih akurat?
Siapa yang lebih presisi?
Diketahui panjang tali sebenarnya adalah 2,65 cm.
Jika hasil sebenarnya adalah 2.65 cm, maka:
Hasil Reza dapat dikatakan cukup akurat dan sangat presisi, sementara.
Hasil Wiwit sangat presisi, tetapi tidak begitu akurat. Hal ini mungkin
disebabkan karena kesalahan penggunaan/pembacaan alat uku (penggaris) yang
digunakan
Ilustrasi pentingnya menentukan ralat dengan tepat
Suatu benda A dan B, akan diuji untuk menentukan apakah benda tersebut
terbuat dari emas 18 karat atau Alloy
Sebagai acuan diketahui:
ρ emas = 15,5 gr/cm3
ρ alloy = 13,8 gr/cm3
A gr/cm3
|
B gr/cm3
|
|
15
|
13,9
|
Hasil terbalik
|
13,5-16,5
|
13,7-14,1
|
Kisaran nilai
|
Analisa
Benda A (Tidak dapat disimpulkan)
Nilai terbaik A dekat denganρ emas
Nilai terbaik A jauh dariρ alloy
ρ emas dan ρalloy masuk dalam kisaran nilai A
Benda B adalah Alloy
Nilai terbaik B dekat denganρ Alloy
Nilai terbaik B jauh dariρ emas
ρ emas diluar kisaran nilai B
ρ alloy masuk dalam kisaran nilai A
Jadi Ketakpastian memberikan hasil ukur yang lebih nyata. Ketakpastian yang
sangat besar akan memberikan hasil ukur yang sia-sia.
B. Langkah-langkah Penulisan Hasil Ukur
Tentukan nilai ralatnya
Bulatkan nilai ralatnya sampai angka yang paling penting saja (satu angka
penting).
Sesuaikan nilai pengamatan terbaik (x) terhadap nilai ralatnya (∆x)
Satuannya sama, Ordenya sama, dan Posisi ketakpastiannya telah sesuai
X = 265,5 cm
∆x = 2,5 cm
(x± ∆x) = ( 266 ± 2 ) c
C. Penyampaian Hasil Ukur
Penulisan (x ±∆x) memiliki makna hasil ukur bernilai antara x +∆x s.d.
x−∆x
Hasil ukur dapat dinyatakan dalam
bentuk ralat mutlaknya
Contoh : ( 266 ± 2 ) cm
3. Atau hasil ukur juga dapat dinyatakan dalam bentuk ralat relatifnya (%).
Ralat relatif adalah (∆x/x × 100% )
Contoh : ( 1000 ± 1% )