1. Konversi Aagama
a. Konversi
agama secara harfiyah berasal dari kata conversionyang bearti tobat, pindah, berubah. Sehingga convertion bearti berubah dari suatu agama ke agama lain. Secara
istilah konversi agama ,menurut Max Henrich konversi agam adalah suatu tindakan
di mana seseorang atau kelompok orang masuk atau pindahan pada suatu system kepercayaan
atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
b. Proses
terjadi konversi agama
·
Menurut M.T.L Penido mengandung dua
unsur yaitu:
-
Unsur dari dalam adalah proses perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok konversi yang terjadi di dalam
batin ini membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan suatu srannsformasi
disebabkan oleh krisis yang terjadi dan keputusan yang diambil seseorang
berdasarkan pertimbangan pribadi proses ini terjadi menurut psikologis yang
bereaksi dalam membentuk hancurnya strukturpsikologis yang lama dan seiring
dengan poses tersebut muncul pula struktur psikologis baru yang dipilih.
-
Unsur dari luar adalah proses perubahan
yang berasal dari luar atau kelompok sehingga mampu menguasai kesadaran orang
atau kelompok yang bersangkutan . kekuatan datang dari luar menekan pengarauh
terhadap kesadaran berupa tekanan batin,
sehingga memerlukan penyesalan
dalam diri.
c. Jelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi konversi agama?
·
Hubungan antar pribadi, baik pergaulan
yang bersifat keagamaan maupun yang bersifat nonagama.
·
Kebiasaan yang rutin, sebagai contoh
adalah menghadiri upacara keagamaan atau pertemuan-pertemuan yang bersifat
keagamaan, baik pda lembaga formal atau nonformal
·
Anjuran atau propoganda dri orang-orang
yang dekat, seperti keluarga, sahabat, kerabat, dan sebagainya
·
Pengaruh pemimpin agama
·
Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi
·
Pengaruh kekuasaan pemimpin.[1]
d. Konversi
yang sangat berkesan menurut saya adalah ketika seseorang wanita yang dulunya
kristen dan terus belajar dan akhirnya pun ia iangin mempelajari tentang islam
dan sampai akhirnya wanita itupun masuk islam dengan sungguh walau seorang yag
ia sayangi (ibu) kecewa kepada dia , tapi dia tetap kekeh untuk masuk islam.
Subhanallah memang indah islam itu, apa lagi kita yang sudah islam dari kecil,
begitu bersyukurnya kita sebagai orang islam.
2. Problema Keimanan
a. Uraikan
apa yang dimaksud dengan iman?
Iman adalah kepercyaan ketepan hati
, keteguhan batin, keseimbangan batin, yang berkenan dengan agama, keyakinan
dan kepercayaan kepada tuhan . iman juga bearti kepercayaan yang meresap
kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta
memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingah laku dan perbuatan sehari-hari.[2]
b. Jelaskan
bentuk-bentuk problema keimanan yang bisa menimpa seseorang?
-
Keraguan dan kebingungan adalah proses
perkembangan yang secara umum
-
Puncak keraguan itu terjadi pada usia
transisi pada masa remaja kedewasa
c. Orang
yang munafiq mengalami problem karena dalam al-qur’an surah At-Taubah ayat
61 menjelaskan bahwa diantara mereka yang munafiq itu adalah
orang-orang yang menyakiti dengan apa ayang didengarnya,bagi orang yang
mengalami problem keimanan maka azab siksa yang terperi sakitnya.
d. Ciri-ciri
orang beriman:
Mereka
yang menyebut nama Allah bergetar hatinya beberapa ciri-ciri orang yang beriman
(mukmin) menurut Al Qur'an:
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS Yunus, 10: 63)
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik)… “ (QS Al-Anam, 6: 82)
“(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepadaNya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah.” (QS Al-Ahzab, 33: 39)
“… Dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepadaNya.” (QS Al-Anbiya, 21: 28)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah…” (QS Al-Ahqaf, 46: 13)
“… Mereka menjawab: ‘Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.’” (QS Al-Imran, 3: 173)
“(Yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka…” (QS Al-Hajj, 22: 35)
Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. (QS Al-Rad, 13: 21)
“…Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun denganKu ….” (QS Al-Nur, 24: 55)
“…mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit …” (QS Al-Imran, 3: 199)
“(Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya.” (QS Al-Baqarah, 2: 46)
“Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan.” (QS Al-Ma’arij: 70: 26)
“Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib …” (QS Al-Baqarah, 2: 3)
“(Yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihatNya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat.” (QS Al-Anbiya, 21: 49)
“Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS Al-Baqarah, 2: 4)
“Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-Kitab…” (QS Al-A’raf, 7: 170)
“Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat..” (QS Al-Baqarah, 2: 3)
“(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.” (QS Al-Mukminun, 23: 2)
“Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.” (QS Al-Mukminun, 23: 9)
“Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.” (QS Al-Ma’arij, 70: 23)
“… Mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap… “ (QS Al-Sajdah, 32: 16)
“(yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.” (QS Al-Nahl, 16: 42)
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya.” (QS Al-Mukminun, 23: 5)
“Dan orang-orang yang menunaikan zakat.” (QS Al-Mukminun, 23: 4)
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau terang-terangan, serta menolak kejahatan dengan kebaikan… “ (QS Al-Rad, 13: 22)
“(Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.” (QS Al-Rad, 13: 20)
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS Al-Ma’arij, 70: 32)
“…Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar.. “ (QS Al-Taubah, 9: 71)
“Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya.” (QS Al-Ma’arij, 70: 33)
“(Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS Al-Imran, 3: 17)
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka…” (QS Al-Imran, 3: 135)
“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (QS Al-Mukminun, 23: 3)
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka…” (QS Al-Syura, 42: 38)
“Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka membela diri.” (QS Al-Syura, 42: 39)
“… Orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka…” (QS Al-Hajj, 22: 35)
“… Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaanNya… “ (QS Al-Fath, 48: 29)
“(Yaitu) orang-orang yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.’” (QS Al-Imran, 3: 16)
“Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS Al-Mukminun, 23: 61)
“…Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud…” (QS Al-Fath, 48: 29)
“… Mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (QS Al-Bayyinah, 98: 7)
“Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.” (QS Al-Ma’arij, 70: 35)[3]
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS Yunus, 10: 63)
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik)… “ (QS Al-Anam, 6: 82)
“(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepadaNya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah.” (QS Al-Ahzab, 33: 39)
“… Dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepadaNya.” (QS Al-Anbiya, 21: 28)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah…” (QS Al-Ahqaf, 46: 13)
“… Mereka menjawab: ‘Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.’” (QS Al-Imran, 3: 173)
“(Yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka…” (QS Al-Hajj, 22: 35)
Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. (QS Al-Rad, 13: 21)
“…Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun denganKu ….” (QS Al-Nur, 24: 55)
“…mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit …” (QS Al-Imran, 3: 199)
“(Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya.” (QS Al-Baqarah, 2: 46)
“Dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan.” (QS Al-Ma’arij: 70: 26)
“Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib …” (QS Al-Baqarah, 2: 3)
“(Yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihatNya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat.” (QS Al-Anbiya, 21: 49)
“Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS Al-Baqarah, 2: 4)
“Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-Kitab…” (QS Al-A’raf, 7: 170)
“Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat..” (QS Al-Baqarah, 2: 3)
“(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya.” (QS Al-Mukminun, 23: 2)
“Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.” (QS Al-Mukminun, 23: 9)
“Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.” (QS Al-Ma’arij, 70: 23)
“… Mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap… “ (QS Al-Sajdah, 32: 16)
“(yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.” (QS Al-Nahl, 16: 42)
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya.” (QS Al-Mukminun, 23: 5)
“Dan orang-orang yang menunaikan zakat.” (QS Al-Mukminun, 23: 4)
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau terang-terangan, serta menolak kejahatan dengan kebaikan… “ (QS Al-Rad, 13: 22)
“(Yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.” (QS Al-Rad, 13: 20)
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS Al-Ma’arij, 70: 32)
“…Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang mungkar.. “ (QS Al-Taubah, 9: 71)
“Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya.” (QS Al-Ma’arij, 70: 33)
“(Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS Al-Imran, 3: 17)
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka…” (QS Al-Imran, 3: 135)
“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (QS Al-Mukminun, 23: 3)
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka…” (QS Al-Syura, 42: 38)
“Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka membela diri.” (QS Al-Syura, 42: 39)
“… Orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka…” (QS Al-Hajj, 22: 35)
“… Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaanNya… “ (QS Al-Fath, 48: 29)
“(Yaitu) orang-orang yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.’” (QS Al-Imran, 3: 16)
“Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (QS Al-Mukminun, 23: 61)
“…Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud…” (QS Al-Fath, 48: 29)
“… Mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (QS Al-Bayyinah, 98: 7)
“Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.” (QS Al-Ma’arij, 70: 35)[3]
3. Kesadaran dan kematangan dalam
beragama
a. Apa
yang dimaksud dengan kematangan dan kesadaran beragama?
-
Kematamgan biasanya ditujukan dengan
kesadaran dan keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan hal agama yang
dianutnya dan ia memerlukan agama dalam dirinya.
-
Kesadaran beragama adalah
b. Perbedaan
kesadaran beragama pada masa kanak-kanak dengan masa remaja?
Pada masa kanak-kanak lebih mudah
menerima, oleh karena itu kesadaran beragama seharusnya ditanamkan sejak kecil,
jika kesadaran beragama pada masa remaja biasanya sudah agak sulit untuk
mengarahkannya karena pada masa remaja ia bersenang-bersenang dengan
teman-teman sebayanya
c. Ciri-ciri
seseorang yang mengalami kematangan dalam beragama:
-
Merasa bersama Allah dan cinta pada
Allah
-
Merasa dekat dengan rasul
-
Iman mantap
-
Tujuan hidupnya menegakkan ibadah
-
Setia janji
-
Selalu membantu dalam hal kebaikan
-
Selalu bersikap adil
-
Hidup secara wajar
-
Selalu menafkan hartanya serta memaafkan
kesalahan orang lain
-
Hidup untuk mencari ridha Allah[4]
d. Perbedaan
jiwa sehat dengan gangguan jiwa?
Sikap
keberagamaan orang yang sehat latar belakangnya yang tidak tergangu , orang yang
sehat beragama bearti menyakini adanya tuhan pencipta semesta alam.
Menurut
Wiliiam James sikap keberagamaan orang yang sakit jiwa ini ditemui pada mereka
yang pernah mengalami latar belakang kehidupan keagamaan yang terganggu. Latar
belakan itulah yang kemudian menjadi penyebab perubahan sikap yang mendadak
terhadap keyakinan agama. Mereka beragama akibat dari suatu penderitaan yang
mereka alami sebelumnya, William James menggunakanistilah “The
Suffering”.
William
Starbuck, seperti yang dikemukakan oleh William James berpendapat bahwa
penderitaan yang dialami disebabkan oleh dua factor utama yaitu: factor intern
dan factor ekstern.
4. Agama sebagai Metode Psikoterapi
a. Pengertian
psikoterafi adalah proses difokuskan untuk membantu Anda menyembuhkan dan
konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani masalah atau
isu-isu dalam kehidupan Anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang mendukung
ketika akan melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti memulai
karier baru atau akan mengalami perceraian.
b. 1.
Supportive therapy
Supportivetherapy adalah suatu terapi yang tidak merawat atau memperbaiki kondisi yang
mendasarinya, melainkan meningkatkan kenyamanan pasien.
Tujuan untuk menguatkan daya tahan mental yang telah
dimilikinya, mengembangkanmikanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih
baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri serta meningkatkan kemampuan
adaptasi terhadap lingkungan.
Metode:
-
Bimbingan
-
Mengubah lingkungan
-
Mengutarakan dan menyalurkan arah minat
-
Tekanan dan pemaksaan
-
Penebalan perasaan
-
Penyaluran emasional
-
Sugesti
-
Penyembuhan inspirasi berkelompok
2. Reducative therapy
Reducative therapy adalah membangkitkan pengertian
pada penderita tentang konflik-konflik jiwa yang dikandungkan, yang terutama
terletak dalam sadarnaya. Tetapi ini lebih banyak menempatkan
konflik-konflik dalam alam sadar, dengan
usaha untuk menyesuaikan diri kembali, memodifikasi tujuan dan membangkitkan
serta mempergunakan potensi-potensi kreatif yang ada.
Tujuan untuk mengusahakan penyesuaian kembali
perubahan atau modifikasi sasaran atau tujuan hidup dan untuk menghidupkan
kembali potensi.
Metode:
-
Penyembuhan sikap
-
Wawacara
-
Penyembuhan terarab
-
Psikoterapi
3.
Reconsructive therapy
Reconstructive adalah terapi yang
menyelami alam tak sadar melalui teknik seperti asosiasi bebas, interprestasi
mimpi, analisis dari pada transfersi.
Tujuan untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflk
yang tidak disadari agar terjadi perubahan struktur karakter dan untuk
perluasan pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi
Metode:
-
Psikonalisis
-
Pendekatan tranaksional
-
Penyembuhan berkelompok[5]
c.
psikoterapi keimanan, ibadah, shalat, puasa, haji atau umrah, Dzikir,
Tilawah Alquran?
1). Psikoterapi dengan Iman
Tidak diragukan lagi bahwa iman dapat memperkuat
sisi ruhaniah manusia. Kekuatan memberikan energy ruhani yang mencengangkan dan
bahkan dapat berpengaruh pada kekuatan fisik manusia.5
Bagaimana energy ruhani Rasulullah Saw. ketika bergaul
dengan para sahabat, perhatikan kesan sahabat Hanzhalah dan sahabat lainnya
ketika setiap kali mereka berjumpa dan bersama beliau dalam hadis yang terjemahnya
sebagai berikut: “Ya Rasulullah jika kami bersamamu, kami selalu diingatkan
akan neraka dan surga seperti kami melihatnya dengan mata kepala kami
sendiri. Jika kamikeluar dari sisimu, dan kami bergaul dengan istri,
anak-anak dan pekerjaan kami sering lalai. Maka rasulullah bersabda, “Demi dzat
yang aku dalam tangan-Nya, jikalau kalian dalam kondisi yang sama dengan
kondisi saat bersamaku dan selalu berdzikir, maka malaikat akan selalu
menemanimu baik di tempat tidur atau di jalan-jalan. Akan tetapi hai Hanzhalah,
waktu demi waktu, tiga kali.’ ” (HR. Muslim Dan Tirmidzi) .
Iman adalah sumber ketenangan batin dan keselamatan
kehidupan, karena substansi dari beriman adalah sikap ikhlas mendefinisikan
semua kebaikan sebagai ibadah, sebagai bukti iman selalu bergantung kepada-Nya
dan ridlo terhadap qadha dan qadar Allah SWT.
2). Psikoterapi dengan ibadah
Melaksanakan ibadah yang diwajibkan Allah seperti sholat,
haji, dan zakat dapat membersihkan dan menyucikan jiwa serta membeningkan hati.
Beribadah dapat menghapus dosa dan membangkitkan harapan
mendapat ampunan Allah dalam diri manusia. Selain itu, beribadah juga
menguatkan harapan masuk surga serta menimbulkan kedamayan dan ketenangan. Abu
Daud’ meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Ada lima perkara
yang barang siapa bersabar atasnya disertai iman, ia akan masuk surga. Barang
siapa memelihara solat lima waktu dengan wudu’ ruku’ sujut berikut waktu-waktu
nya, berpuasa romadhan, pergi haji jika sanggup, mengeluarkan zakat sebagai
penyuci diri nya dan menunaikan amanat.” (HR Abu Dawud).
Dari hadis di atas mengandung pelajaran bahwa iman kepada
Allah dan mendekat kan diri kepadanya dengan ibadah-ibadah serta bertaqwa
memasukan manusia dalam penjagaan dan perlindungan Allah serta membangkitkan
harapan memperoleh ampunan Allah dan masuk surga. Semua ini dapat menghapus
kegelisahan yang timbul dari perasaan berdosa, dan memberikan perasaan tenang
dan damai.
Beribadah juga mengajak banyak hal yang terpuji bagi manusia
seperti sikap sabar, mampu mengangung kesulitan, melawan hawa nafsu, menguasai
syahwat, taat, teratur, mencintai dan berbuat baik kepada manusia, membantu
orang-orang yang membutuhkan, saling tolong menolong. Hal tersebut menjadi
indikator penting dalam kesehatan jiwa.
·
Terapi Melalui Shalat
Sholat memiliki pengaruh besar dan efektif dalam
menyembuhkan manusia dari dukacita dan gelisah. Sikap berdiri pada waktu solat
di hadapan tuhannya dalam keadaan khusyuk, berserah diri dan mengosongkan diri
dari kesibukan dan permasalahan hidup dapat menimbulan perasaan tenang, damai
dalam jiwa manusia serta dapat mengatasi rasa gelisah dan ketegangan yang
ditimbulkan oleh ketenangan jiwa dan masalah kehidupan.
Sholat sebagai hubungan manusia dengan tuhannya, memberikan
energi ruhani dan juga dapat menyembuhkan penyakit fisik. Abu Hurairah berkata
bahwa dia pernah mengeluh sakit perut, lalu Nabi Saw. Menoleh kepadaku dan
bersabda: “Kau sakit perut? “ Jawab Abu Hurairah: “Betul ya
rosulullah.”Beliau bersabda: “Bangkit dan sholatlah karena sesungguh nya
sholat itu obat penyembuh.” (HR Ibnu majah).
Sholat juga memiliki pengaruh penting dan menyembuhkan
perasaan bersalah yang menimbulkan perasaan gelisah dan stres yang di anggap
sebagai biang keladi munculnya penyakit jiwa. Itu karena sholat dapat menghapus
dan membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran kesalahan serta membangkitkan
harapan meraih ampunan dan ridho Allah.
·
Terapi Melalui Puasa.
Manfaat utama puasa adalah menumbuhkan kemampuan mengontrol
syahwat dan hawa nafsu pada diri manusia. Puasa merupakan latihan bagi manusia
dalam menanggung kondisi perihatin dan merupakan bersabar atasnya, ia bersiap
diri menanggung beragam kondisi perihatin yang mungkin terjadi dalam hidup nya.
Kondisi perihatin yang dirasakannya membuatnya dapat berempati terhadap
penderitaan orang-orang fakir dam miskin, mendorongnya untuk mengasihi mereka,
mengulurkan bantuan dan berbuat baik kepada mereka serta membantu orang-orang
yang membutuhkan di antara mereka. Dengan begitu, hubungan dengan manusia
semakin kuat, loyalitas nya kepada jamaah semakin kokoh. Rasa solidaritas
sosial dan kecenderungan membantu manusia juga tumbuh.
Puasa merupakan terapi yang efektif dalam mengatasi
kegelisahan melalui janji surga sebagai balasan bagi mereka yang berpuasa.
Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa puasa romadon dengan iman dan
penuh harap (akan pahalanya), makadosa-dosa nya yang terdahulu akan di ampuni.”(
HR Bukhari dan Muslim).
·
Terapi Melalui Haji.
Haji mengajarkan manusia untuk mampu menanggung kesulitan
dan melatih nya berjihat melawan hawa nafsu dan mengontrol syahwatnya. Karna
orang yang melakukan haji tidak boleh berhubungan seks, tidak bermusuhan, tidak
mencaci oleh Allah. Haji juga menyembuhkan penyakit takabur, ujub, dan tinggi
hati.karna semua manusia dalam haji adalah sama. Mereka memakai pakaian yang
sama sehingga tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin, majikan dan
pelayannya. Mereka semua diikat oleh tali persamaan dan mereka semu berdiri di
hadapan Baitullah dengan khusyuk, merendahkan diri, mengakui kelemahan diri,
menyembah dan mengharap ampunan-nya. Dalam situasi yang Tuhannya menjadi
bertambah kokoh. Rasululllah Saw bersabda: “Umrah ke umrah berikutnya
merupakan kifarat (penebus dosa) yang terjadi di antara keduanya. Sementara
haji yang mabrur itu tidak ada balasannya melainkan surga.”(HRAl-syehani
tirmizi dan Al-Nasai).
Sungguh orang yang pergi haji mengharab Allah menerima haji
nya, mengabulkan doanya dan mengampuni dosanya. Oleh karna itu, iya akan
kembali dari haji dalam keadaan bersaih dari perasaan bersalah dan gelisah.
Hatinya sarat dengan perasaan damai dan tenang serta diliputi oleh kegembiraan,
kelapangan dan kebahagiaan.
3) Psikoterapi
Melalui Zikir dan Doa
Rasulullah Saw. Menyatakan bahwa dengat mengingat allah
(zikrullah), dapat memberikan kedamayan dan kerenangan dalam jiwa. “tidaklah
duduk suatu kaum yang berzikir kepada Allah kecuali malaikat mengelilingi
mereka, rahmat meliputi mereka, ketenangan turun pada mereka dan Allah
menyebut-nyebut mereka pada orang-orang yang berada disisinya. “(HR Muslim dan
Tirmizi).
Dan dalam surat Ar-Ra’du ayat : 28 : disebutkan: ”orang–orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah SWT
(dzikir). Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.
·
Zikir melalui Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah zikir paling utama, dalam hal itu terdapat
keutamaan yang besar dalam membersihkan hati, menyembuhkan dan menenangkan
jiwa. Allah berfirnan: “dan kami turubkan dari Al-Qur’an suatu yang
jadi penewar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. “(QS
Al-Isra’:28).
Dan “Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi
orang0orang yang beriman.“(QS Fushshilat:44).
Ketika menjelaskan pengaruh Al-Qur’an dalam menyembuhkan
penyakit jiwa, ibnu taimiah menulis : “Al-Qur’an adalah penyembuh apa yang ada di
dalam dada dan orang-orang yang terkena penyakit syubhat dan syahwat. Sebab
Al-Qur’an mengandung petunjuk-petunjuk yang jelas dalam membedakan hak dan
batil, dan karenanya dapat memberantas penyakit subhat yang merusak ilmu,
konsepsi dan persepsi sehinga dapat melihat sesuatu secara objektif. Al-Qur’an
juga mengandung hikmah, nasehat yang baik dengan janji dan ancaman (targib wa
tahib), serta kisah-kisah yang berisi ibrah yang membuat hati menjadi baiik.
Karnanya, hati cenderung kepada hal yang bermamfaat dan membenci hal yang
mudharat. Jadi Al-Qur’an menghilangkan penyakit-penyakit yang menimbulkan
keinginan-keinginan destruktif sehingga hati menjadi sehat dan kembali ke
fitrah aslinya sebagai hal nya badan kembal kepada kondisi moral.
·
Zikir Melalui Doa
Doa
merupakan zikir dan ibadah, ia memiliki ke utamaan yang sama seperti zikir dan
ibadah. Rasulullah Saw. Bersabda: ”doa itu ibadah, tuhan kalian berfirman:“berdoalah
kepada ku, nisjaya aku akan menerima doa kalian. Sesungguh nya orang yang
merasa takabbur dari ibadah kepada ku akan masuk neraka jahannam.?’”(HR
Tirmizi Abu Bawud).
Sesungguhnya dalam doa terdapat kelapanggan bagi jiwa dan
menyembuh kesulitan, duka cita dan gelisah karna orang yang berdosa slalu
mengharap doanya dikabulkan oleh Allah.
Pengharapan agar doanya dikabulkan oleh Allah dapat
meringankan beban kesulitan dan duka cita orang beriman. Rasulullah
bersabda “sesungguhnya doa itu bermanfaat baik terhadap apa yang telah
turun atau yang belum diturunkan. Karna itu wahai hamba-hamba Allah berdoalah
kalian (HR Tirmizi)[6]
[1] .
Sururin, ilmu jiwa Agama, jakarta: PT. Grafindo Persada.2004. hal 103-109
[2] Yusul
Al-Qardhawi, iman dann kehidupan,
jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993.hal. 3
[3]
http://www.google.com/search?q:ciri-orang-beriman,html
[4]
Penjelasan dosen
[5]
Wenny-wulandari:blogspot.com/2014/06/bentuk-bentuk-utama-dalam-terapi_4.html
[6] Ibid,. Wenny-wulandari:blogspot.com/2014/06/bentuk-bentuk-utama-dalam-terapi_4.html
No comments:
Post a Comment