- RUKUN IMAN
- Apa yang dinamakan Beriman kepada Allah SWT ?
Yang dinamakan “Beriman kepada
Allah” ialah: mempunyai suatu akidah yang pasti, bahwa Allah ialah
Rabbu tiada suatu, DIA yang memilikinya, dan hanya DIA
menciptakannya sendirian.
Yang dinamakan “Beriman kepada
Allah SWT” mempunyai akidah pasti, “ Sesungguhnya Allah:
- Rabbu tiap sesuatu.
- Pemiliknya.
- Yang berhak disembah.
- Penciptanya, seorang-Nya.
- Yang patut merendahkan diri kepada-Nya.
- Yang merendukkan dirinya kepada-Nya.
- Yang menerima semua macam perhambaan.
- Bersifat dengan semua sifat keagunan.
- Bersifat dengan semua sifat kesempurnaan.
- Bersih atau terhindar dari semua yang buruk.
- Bersih atau terhindar dari semua yang kurang.
Kata “Arrabbu” berarti:
- Nama Allah SWT. Tidak boleh menggunakan kata itu untuk nama, kecuali dengan menambahnya dengan kata lain.
- Almaaliku = Yang mempunyai.
- Assayidu = Tuhan
- Almurabbi = Pendidik.
- Alqaayimu = Yang meluruskan.
- Amun’imu = Yang memberi nikmat.
- Amudabiru = Yang mengatur.
- Amuslihu = Yang membaikkan
- Apakah dalil naqli mengenai rukun iman ?
اَخْبِرْ
نِى عَنِ الاِْ يمَْانِ!
قَالَ
اَنْ تُؤْ مِنَ بِاللهِ وَمَلآ ئِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرَسُلِهِ وَالْيَوْمِ
اْلاخِرِ وَتُؤْ مِنَ
بِاللهِ خَيْرِهِ وَشَّرِهِ.
قَالَ
: صَدَقْتَ.
Terjenahnya:
“Jibril mengatakan kepada Nabi
Muhammad, “Sebutkanlah kepadaku mengenai IMAN!” Jawab Beliau,
“Hendaklah kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, hari Akhir, dan
beriman kepada kadar baik dan kadar buruknya,” Jawab Jibril, “
Jawabanmu itu benar.” 1
Iman terdapat dalam hati. Oleh
sebab itu, seorang mukmin bukan saja bersyahadatain dan mengamalkan
semua rukun islam, tapi hatinya ikut melaksanakannya. Dengan
demikian, maka tingkat Mukmin lebih tinggi dari Muslim. Semua
peraturan Ilmu dalam Al-Qur’an pada umumnya diturunkan atas Mukmin
bukan Muslim.
- Sifat yang wajib bagi Allah SWT.
1. Sifat wajib bagi Allah terbagi 4
bagian, yaitu:
- Sifat wujudiah, yaitu yang membahas wujud atas ada Allah SWT. Sifat wujudiah ini hanya ada 1, yaitu:
- الْوُجُوْدُ = Ada
- Sifat Salbiyah, yaitu yang menindakan (wajib ada pada Allah)
- الْقِدَمُ = Tidak bermulaan
- الْبَقَاءُ = Tidak berkesusahan
- مُخَا لَفَتُهُ لِلْحَوَادِ ثِ = Tidak sama dengan makluk-Nya
- قِيَا مُهُ بِنَفْسِهِ = Tidak membutuhkan makluk-Nya
- الْوَحْدَانِيَةُ = Tidak terbilang (satu yang tunggal)
- Sifat Ma’ani, yaitu yang mengenai maknanya (Mustahil pada Allah SWT)
- الْحَادِثُ = Bepermulaan
- الْفَنَاءُ = Berkesudahan
- الْمُشَا بَهُةُ لِلْحَوَادِ ثِ = Sama dengan makluknya
- الاْحِتِيَا جُ لِلْحَوَادِ ثِ = Membutuhkan makhluknya
- الْتَعَدُّ دُ = Berbilang (lebih dari satu)
- Sifat Ma’nawiyah, yaitu yang mengenai pengertiannya
- كَوْ نُهُ قَا دِ رًا = Maha Mampu/Kuasa
- مُرِيْدًا = Maha Menginginkan
- عَلِيْمًا = Maha Tahu/Berilmu
- حَيًّا = Maha Hidup
- سَمِيْعًا = Maha Mendengar
- بَصِيْرًا = Maha Melihat
- مُتَكَلِمًا = Maha Berbicara
- SIFAT YANG JAIZ BAGI ALLAH SWT
- اِيْجَا دُالْشَّىْ ءِ اَوْاِعْدَا مُهُ = Mengadakan atau Menindakan Sesuatu
- Sifat Wujudiyah: Bukti ada Allah SWT.
Dalil Naqli:
.
Terjemahan :
“Dan di bumi itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin”. (Q.S.
Ad-Dzaariyat: 20)
b. Sifat Salbiyah
- Allah Tidak Berpermulaan
Kata “Allah” berasal dari kata:
Illahun dengan menambahkan kata aliflam pada permulaanya, agar
terbentuknya jadi makrifat atau dikenal. Aliflam itu bagaikan kata
THE dalam bahasa Inggris. Dengan adanya kata THE di depan, maka kata
yang dimasukinya jadi dikenal. Setelah aliflamnya masuk, maka kata
itu jadi: Al-Illahu untuk memudahkan membacanya, maka huruf (i)-nya
dibuang, sehingga jadi Allaahu dan dibaca pada waktu berhenti atau
waqab “Allah”.
Kata “Allah” tidak boleh
digunakan kepada selain DIA, kecuali ditambah dengan kata lain di
depanya. Umpamanya: Abdullah. Kata “Allah” mempunyai pengertian:
Alma’buudu bihaqqin = yang berhak disembah atau beribadat
kepada-Nya.
Dalil Naqli mengenai Allah tidak
berpermulaan dan tidak berkesusahan.
Terjemahnya:
“Dialah yang Awal dan yang akhir
yang Zhahir dan yang Bathin dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”.
(Q.S. Al-Hadiid: 3)
- Allah Tidak Berkesusahan
Dalil Naqli:
Terjemahnya:
“Semua yang ada di bumi itu akan
binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan”.
(Q.S. Ar-Rahman: 26-27)
3. Allah Tidak Sama Dengan Makluknya
Dalil Naqli:
لَيْسَ
كَمِثَلِه شَىْءٌ وَّهُوَ السَّمِيْعُ
الْبَصِيْرُ.
Terjemahanya:
“Tidak ada yang seumpamanya
suatupun dan DIA (Allah) Maha Mendengar dan Maha Melihat”
4. Allah Tidak Membutuhkan Makluk
(Allah Berdiri Sendiri)
Allah tidak membutuhkan TEMPAT-NYA
berada. Bila DIA harus bertempat, maka manakah alam yang dapat
ditempatinya. Sedemikian besar-Nya, malahan diucapkan dalam permulaan
shalat umat islam. Allahu Akbar = Allah Maha Besar
5. Allah Tidak Berbilang (Allah
Esa/Tunggal)
Kata “Alwahdaniyah”
berasal dari “Alwaahid” yang berarti SATU.
Dalil Naqli:
Terjemahnya :
1. Katakanlah: “Dia-lah Allah,
yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak
pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Dia.”
(Q.S. Al-Iklas : 1 - 4)
c. Sifat Ma’nawiyah
- Allah Maha Ampun/Kuasa
Kata “Qudrat” bisa diterjemahkan
dengan “Kuasa” atau “mampu”.
Dalil Naqli:
Terjemahnya :
“Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu”.
(Q.S. Al-Imran: 165)
- Allah Maha Menginginkan
Dalil Naqli:
Terjemahnya :
" Sesungguhnya Perkataan Kami
terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan
kepadanya: “kun (jadilah)”, Maka jadilah ia".
( An-Nahl: 40)
- Allah Maha Berilmu
Kata “Ilmu” berasal dari bahasa
Arab: ‘alima—ya’alamu—‘ilmu. Diucapkan “Ilmu”, yaitu :
ma’rifatus syai-i bihaqiiqatihii = Mengetahui sesuatu sampai akhir
hakikanya.
Dalil Naqli:
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah ilmu-Nya
benar-benar meliputi segala sesuatu”.
(Q.S. Ath-Thalaq: 12)
- Allah Maha Hidup
- Allah Maha Mendengar
Dalam bahasa Indonesia “mendengar”
ialah : menangkap perkataan orang dan dapat menangkap suara (bunyi)
dengan telinga.
Dalil Naqli:
اِنَّ
اللهَ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ.
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah, DIA-lah
yang Maha Mendengar dan Maha Melihat”(Q.S.
Al- Mukmin: 12)
- Allah Maha Melihat
Kata “bashara bissyi-i mempunyai
pengertian: mengetahui dan Nazhara ilahi = absharahauu wa ta =
ammalahu = melihat dengan mengamat-amati.
Dalam bahasa Indonesia ia berarti:
menggunakan mata untuk mengetahui.
Dalil Naqli:
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat”.(Q.S.
An-Nisaa’: 58)
- Allah Maha Berbicara
Menurut pengertian bahasanya ialah:
Al-Ashwaatul mufidah = suara-suara yang mempunyai pengertian.
Menurut istilah Para Ahli Kalama tau
Ahli Tauhid ialah: Alma’nal qaa-lmu binafsil ladzii
yu’abbaru’anhubi alfaazhin = pengertian yang terdapat pada
jiwa/diri yang diungkapkan dengan lafal-lafal.
Menurut istilah orang Nahu ialah:
Aljumlatul murak kabatul mffidatu/berfaedah.
Dalil Naqli :
Terjemahan:
“Allah telah berbicara kepada
Musa dengan langsung”.(Q.S.
An-Nisaa’: 163)
- Sifat Yang Jaiz bagi Allah SWT
Yang jaiz bagi Allah SWT hanyalah
satu, yaitu:
Mengadakan sesuatu atau
menidakkannya. Adapun mengadakan yang ada dan menidakan yang
mustahil, mak itu tidak ta’alluqnya iradah dan Qudrat-Nya.
Dalil Naqli:
يَحْحُوْاللهُ
مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ.
Terjemahnya :
“Allah menghapus apa yang DIA
sukai dan menetapkannya.” (Q.S.
Ibrahim: 39)
No comments:
Post a Comment